20 TAHUN PERGI – IA PUN KEMBALI LAGI
(KISAH
NYATA)
Disiang hari yang terasa begitu panas oleh
terik mata hari yang menyapa, di sebuah desa yang biasanya ramai dengan
aktivitas masyarakat, tetapi pada hari itu kebanyakan orang lebih memilih untuk
istirahat dan tidur siang dari pada harus melawan panasnya terik matahari.
Tetapi berbeda dengan sebuah rumah, dimana disana masih terdengar begitu ramai
dengan suara musik dari sebuah radio, dan terkadang terdengar suara wanita yang
bernyanyi, tetapi terkadang terdengar bercakap-cakap yang entah dengan siapa.
Terlihat disamping rumah ada seorang remaja, jikalau dilihat penampilannya,
umurnya baru 18 tahunan. Ia terlihat mengendap-ngendap untuk mengintip rumah
tersebut, tetapi setelah melihat orang didalam rumah, terlihat tetesan air
berjatuhan diwajahnya, entah apa yang sebenarnya ia lihat disana. Kemudian Ia
pun berlari rumahnya sambil menundukkan kepala sedalam-dalamnya. Orang yang
didalam rumahnya pun terheran malihatnya.
“ada apa nduk? Mengapa kau menangis?” Tanya Ibunya (bu Lasmi orang-orang
biasa memanggilnya’)
Sambil terus meneteskan air mata, remaja itu
menjawab “bu, sejak kapan Bibi seperti itu? Waktu Caca
masi sekolah Bibi ngg’ pernah seperti itu.”
Dengan wajah terlihat sedikit sedih, ibu Lasmi
pun menjawab “sudah beberapa
bulan ini nduk. Entahlah.”
“apa Ibu sudah membawa bibi ke Rumah Sakit?”
“belum. Ibu masi mengobatinya secara
tradisional, sudah beberapa orang ibu datangkan, bahkan dari kampung sebelah,
tapi hasilnya nihil nduk. Nanti setelah surat rujukan dari Dokter selesai, Ibu dan
Ayahmu akan langsung membawa Bibi mu ke Rumah Sakit
Spesialis. Caca Jangan sedih, jangan terlalu kau fikirkan insyaAllah Bibi mu
tidak apa-apa.” jawabnya
sambil terenyum yang terlihat dipaksa.
Caca pun mengahapus air matanya dan langsung kekamarnya.
Fikirannya tak menentu, ia masih belum percaya dengan apa yang dilihat dan
didengarnya. Bayangan masa lalu itu kembali difikirannya. Masa-masa sekolah,
masa-masa dimana ia dan Bibi nya masi bisa bercanda.
“Bu, seminggu lagi Caca mau ujian, Caca nginep
tempat nenek ya?”
“emang kenapa mau nginep tempat nenek?”
“yaah, Caca mau belajar, kalau dirumah Nenek
Caca lebih bisa koncen.”
“kamu uda bilang sama Nenek mu?”
“udah Bu, Nenek sama Bibi udah ngebolehin”
“ya uda kalao gitu, tapi jangan tidur terlalu
malam ya, entar kamu sakit”
“iya Bu, insyaAllah.”
Setelah sholat maghrib dan makan malam, caca
pun segera kerumah neneknya. Ia pun langsung mengambil bukunya yang sudah
dipersiapkannya tadi sore. Ia langsung memanggil ayahnya untuk mengantarnya,
karena walau jarak rumahnya dan
neneknya dekat, ia belum cukup berani untuk jalan sendiri. Sesampai dirumah
neeneknya Caca pun langsung membuka buku-bukunya yang begitu banyak.
“Masya Allah, ini buku atau gunung. Banyak sekali. Mau
dipelajarin semua? Tanya Bibi Fatimah yang terlihat heran.
“he, ia Bi, tapi hanya sebagian yang mau dihafal,
yang lainnya hanya tambahan-tambahan untuk bacaan saja”
“yah uda selamat belajar aja deh, oh ya mau dipasangin obat nyamuk ngga’?”
“Wih boleh tuh Bi, asal ngg’ ngerepotin”
“Yah udah entar Bibi hidupin. Sok, kamu
belajar aja.”
Caca pun terlihat sibuk dengan hafalannya, jam
telah menunjukkan pukul 10.00, Caca pun terlihat telah mengantuk. Terkadang
sesekali kepala nya naik turun menahan kantuk, atau buku yang dihafalnya malah
menutupi wajahnya. Bibi Fatimah pun tersenyum melihat keponakannya itu. Karena kasihan
ia pun mengajak caca untuk masuk kekamar saja.
“Ca,
Caca. Bangun nduk. Kalau sudah ngantuk, masuk kekamar aja, entar kamu masuk
angin kalau tidur disini!”
Caca pun terkejut, mendapatkan dirinya
tertidur “MasyaAllah, Caca
tertidur ya Bi? aduuh mana baru ngafal sedikit. Hm ngg’ deh Bi, Caca bentar
lagi ya? Caca mau ngafalin sedikiiit lagi.”
“Tapi mata mu udah merah gitu masak mau di paksain
sih, kan ujiannya juga masih seminggu lagi, masih banyak waktu Ca.”
“Hm ngg’ papa Bi, sedikiiiit lagi” dengan gaya memohon andalannya.
“Ya uda, kalau gitu Bibi buatin kopi aja ya,
biar Caca ngg’ terlalu ngantuk.” Bibi Fatimah pun langsung menuju dapur. “nih nduk kopinya, bibi
tidur duluan ya, entar kalau sudah ngafalnya, jangan lupa masuk kamar!
Perintahnya.
“He, iya. Makasi Bi kopinya, ih Bibi baik deh,
nambah sayang deh sama Bibi”
Bibi Fatimah pun hanya tersenyum, kemudian
menuju kekamarnya, sedangkan Caca melanjut menghafal, hingga kopi yang
dibuatkan bibi fatimah tadi habis diminumnya. “Selang beberapa jam” Bibi
Fatimah yang telah tertidur, tiba-tiba
terbangun kembali karena mendengar suara Caca yang masih menghafal, ia
langsung melihat jam, tepat pukul 11.40. ia langsung beranjak dari tempat tidur
dan mendekati Caca.
“Ca, sudah dulu ngafalnya, udah hampir pukul
12.00. entar kamu sakit lagi”
“Hm Bi, tapi hafalan Caca belum selesai” dengan ekspresi yang sedikit kecewa.
“Besok aja dilanjutinnya ya, ini udah malem
banget loh”
“Hmm ya deh Bi, Caca tidur. Caca benerin buku
dulu ya”
Bibi Fatimah pun rela menunggu keponakannya
itu, walau ia sebenarnya sudah sangat mengantuk., ia enggan meninggalkan
keponakannya, karena ia takut entar Caca ngg’ kekamar menyusulnya,
“yaah udah selesai, yuuk bi tidur, caca juga
udah ngantuk banget, mata caca udah 5 watt nih, hehe”
“Yook..” ajak bibi fatimah sambil menggandeng caca.
Yah, begitu terus selanjutnya sampai caca selesai
ujian dan bagi rapot, ia dengan senang hati menemani Caca, membuatinya kopi,
terkadang membuatkannya roti, agar Caca tidak tertidur. Bahkan terkadang ia
tertidur didekat kursi dimana Caca belajar, karena tidak dapat menahan
kantuknya. Yah... kenangan itu masih begitu jelas di ingatan Caca. Caca pun tersadar dari lamunanya, ia pun tidak dapat menahan
air matanya, mengingat bibi yang luar biasa dalam hidupnya. Salah satu wanita
tangguh baginya, semua perhatian bibi Fatimah, sungguh tidak akan pernah Caca lupakan.
Tetapi yang sekarang membuat Caca sangat sedih adalah karena sekarang perhatian
itu tidak didapatnya lagi, bahkan wanita tangguh itu terkadang tidak mengingatnya,
ia kalah dengan penyakit yang telah pergi 20 tahun yang lalu. Yah, sekarang penyakit
itu kembali,ia mengganggu otak bibi fatimah, hingga bibi fatimah lebih sering
dibilang orang setres. Menurut cerita ibu, 20 tahun yang lalu,saat itu bibi
fatimah baru saja berhasil menyelesaikan sekolah SD nya dengan nilai terbaik.
Yah diperjalanan pulang kerumah, bibi Fatimah terjatuh hingga kepalanya keluar
darah yang begitu banyak. Dan setelah kejadian itulah bibi Fatimah terlihat
aneh. Ada warga yang melihatnya sedang dibawah pohon pisang sambil memakan
buahnya dengan jumlah yang begitu banyak, dan kejadian-kejadian lain yang tidak
seperti manusia biasanya. Ada warga yang bilang.
“bu mungkin sepertinya
Fatimah kerasukan, coba dibawah ke orang
pinter saja!
Nenek Faridah pun mengikuti saran warga
tersebut, tetapi hasilnya nihil. Akhirnya bibi Faridah dibawah ke RS.Jiwa. Dan
Alhamdulillah, bibi Fatimah sehat, sampai 20 tahun lamanya, penyakit itu tidak
kambuh-kambuh lagi. Tetapi sekarang, ia kembali, yah,, penyakit itu kembali. Dalam
hati caca merintih.
“ya Robb, kenapa Engkau datangkan penyakit ini kembali kepada
bibi Fatimah, bibi Fatimah sangat baik ya Robb. Ia orang yang paling sabar yang
pernah Caca temuin. Caca ngg’ pernah mendengar ia mengeluh walaupun ia belum
engkau beri jodoh sampai usinya hampir 40 Tahun Ya robb, sungguh kasihani bibi
hamba, kasihani Nenek dan Ibu hamba yang terlihat sedih dengan penyakit bibi Fatimah.
Ya Robb.. sembukan bibi Fatimah, Caca mohon ya robb, Caca mohon..
Tok,tok,tok “Caca, Caca..” Ibunya memanggil
Caca menghapus cepat-cepat air matanya, dan
segera membuka pintu.
“ada apa Bu?”
“Ca, surat pengantar bibi Fatimah tadi baru
saja selesai, Ibu dan Ayah akan membawa bibi Fatimah mu ke kota ke Rumah Sakit Khusus
Kejiwaan. Kamu jaga rumah ya, adik mu ikut sama ibu dan ayah”.
Tanpa menunggu persetujuan Caca, Ibu Lasmi
langsung pergi untuk mempersiapkan perlengkapan yang akan dibawanya kekota,
sedangkan Caca masih terdiam didepan pintu, dengan linangan air mata yang tidak
dapat dipendungnya lagi. Ia pun segera mengikuti ibunya dari belakang untuk
menjemput bibi Fatimah. Dalam langkahnya, Caca tidak bisa bayangkan bagaimana
reaksi bibi Fatimah yang akan dibawah.Mungkin ia akan mengamuk “fikir caca”. Tertapi
ternyata dugaan caca
salah, bibi Fatimah hanya menurut saja diajak Ayah, “yah
memang selama ini bibi Fatimah segan sama Ayah”. Caca hanya bisa menangis
melihat bibi yang ia sayangi dibawa. Ia meliha mata bibi Fatimah berkaca-kaca,
Caca merasakan kembali rasa sayang itu. Karena tidak tahan Caca pun mendekati
bibi Fatimah dan memeluknya. Dan ia berkata:
“bibi, Caca sayang bibi. Bibi cepat sembuh ya,
Caca nanti akan jenguk bibi juga”
Dengan tetap berlinangan air mata,caca mencium
tangan bibinya. “Dan ternyata bibi Fatimah yang dulu bagaikan kembali” bibi Fatimah ikut menangis, dan mengelus wajah
Caca, dan ia berkata “iiih Caca, kapan datang? Ih Caca makin cantik ya? Ayah mu
mau membawa bibi ke kota, nanti kita ketemu disana ya, kita jalan-jalan, nanti
pengawal-pengawal bibi yang ngaterin kita,...bla,bla,bla ,,,,,,ucapannya sudah
tidak karuan “huuff”. Ayah pun langsung membujuk bibi masuk ke mobil.
“iya nanti waktu dikota aja ya, sekarang kita
masuk mobil dulu ya” ujar ayah.
Bibi Fatimah pun menurut, tetapi entah kenapa
bibi Fatimah selalu melihat Caca dan melihat Nenek Faridah, bagaikan ia merasa
enggan meninggalkan Caca dan Nenek. Dan sebelum memasuki mobil terlihat air
mata dipipi bibi Fatimah kembali turun, entah sebenarnya apa yang difikirkan
bibi Fatimah. Sebenarnya caca ingin bilang dengan Ayahnya, kalau bibinya sudah
tidak sakit lagi, ia melihat bahwa bibinya masih mengenalnya, ia masih bisa
ikut menangis, tapi entah mengapa Caca hanya terdiam melihat bibinya di bawah.
Ia melihat Nenek nya berusaha menahan tangisnya, Caca pun memeluknya dengan
lembut.
“nenek yang sabar ya, insyaAllah bibi Fatimah tidak akan
lama disana”
Nenek pun hanya menangguk sambil selalu
menyeka air matanya. Dalam hati caca berdoa:
“Ya Robb hamba serahkan kehidupan hamba dan
keluarga hamba kepada Mu, hamba yakin sesungguhnya Engkau yang Maha Mengetahui
yang terbaik untuk kami, berikanlah kami yang terbaik ya Robb, sembuhkan bibi
hamba, jaga ia disana, jauhkan rasa sedih dihatinya, selalu bisikkan di hatinya
bahwa kami selalu menyayanginya ya Robb. Jaga ia, jaga caca dan keluarga, jaga
kami ya Robb. Aamiin ya robbal ‘alamin.
Caca dan nenek pun pulang setelah mobil yang
membawa bibi fatimah, ayah, da ibu tidak terlihat lagi.Dalam perjalanan pulang
Caca berkata pada Nenek Faridah:
“Nek, yang sabar ya! Karena Allah menyayangi orang yang
sabar. Caca yakin InsyaAllah suatu saat nanti, hari itu akan datang, hari yang
sangat indah, dimana Nenek, Caca, Ayah, Ibu, Adek, dan Bibi Fatimah akan
berkumpul lagi, kita bisa masak bareng, makan bareng, pokoknya banyak deh.
Pokoknya kita harus selalu husnuzzon kepada Allah. Karena Caca pernah denger
“Bahwa sesungguhnya Allah sesuai dengan prasangka hamba_Nya. Jadi, jika dulu
Dia memberikan kesembuhan kepada bibi Faridah 20 tahun, InsyaAllah setelah ini
bibi akan sembuh selamanya, yah InsyaAllah....... Yakin hari itu akan datang.
“Aamiin”. Ucap Caca dan Nenek Faridah bersamaan.
”Bersambung”
By: Setitik Nur FN