Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Pengorbanan Seorang Kakak

            Sore itu tepat pada hari ke-10 Ramadhan, ibu-ibu telah sibuk mempersiapkan untuk berbuka puasa, begitu pula dengan Ibu Nina. Saat sedang memukul es batu, tiba-tiba ada H. Amin tetangga orang tua ibu Nina.
            “Nina, cepat kamu kerumah ibumu, karena dia sedang rebutan foto di depan rumah dengan adikmu, Mawar!
            Ibu Nina pun segera pergi menuju rumah Ibunya. “Astaghfirullah, ada apa ini Ibu, adik?
            “Itu adikmu ingin merobek foto ayahmu, makanya ibu cegah.
            “Tidak, siapa bilang, saya hanya mau lihat kok. Dasar ibu aja yang pelit”  jawab Mawar.
            Ibu Nina terkejut mendengar suara adiknya yang seperti membentak Ibunya, karena selama ini adiknya adalah anak yang sangat menghormati orang tua.
            Semenjak hari itu sikap Mawar semakin menjadi. Ternyata penyakit Mawar kambuh lagi, penyakit yang membuat sarafnya terganggu, ia terkadang tertawa sendiri, menangis, bahkan marah-marah dengan orang-orang yang ditemuinya.
            Melihat kondisi adiknya yang semakin parah, Ibu Nina pun segera mencari berbagai pengobatan tradisional karena ia tidak ingin memasuki adiknya ke RS. Jiwa untuk kedua kalinya. Tetapi ternyata tidak ada perubahan pada Mawar, ia pun mulai putus asa.
            “Nina, ada orang pintar di desa seberang, kata orang dia bisa mengobati orang-orang seperti Mawar”
            “oh iya ya pak? terimah kasih pak”.
            Ibu Nina segera kesana, ia rela melakukan apapun demi kesembuhan adiknya, walaupun harus menempuh jarak yang jauh dan transpor yang sulit. Ia harus menunggu ketek (sebutan transpor air di sana) berjam-jam, sehingga ia baru sampai di desa seberang tepat pukul 11.30 WIB, tetapi ternyata mobil tidak ada yang lewat sama sekali , yang membuatnya harus berjalan kaki dibawah trik mata hari yang luar biasa panasnya, dalam kondisi lapar dan haus karena ia tidak membawa bekal sedangkan warung tidak ada membuatnya harus beristirahat beberapa kali untuk menyambung tenaga. Setelah menempuh hampir 20Km akhirnya ia pun sampai ditempat yang ia tuju. Untungnya ia langsung dapat bertemu dengan orang pintar itu.
            “Biasanya orang seperti ini ada sesuatu yang difikirkannya terus menerus. Apa sebelum adikmu sakit seperti ini ada masalah? Tanya orang pintar tersebut.
            “Seingat saya tidak Pak.
            “Apa dia bisa diajak kemari? Sehingga saya bisa lihat secara langsung.
            “Tetapi, sepertinya tidak bisa Pak, jangankan untuk diajak pergi, diajak berbicara saja dia marah.
            “Ya sudah kalau begitu, saya akan coba mengobatinya dari jarak jauh.
            “Terima kasih banyak pak, mohon bantuannya.
            “Iya InsyaAllah, saya akan berusaha semaksimal mungkin.
Setelah pertemuan itu, telah hampir 2 minggu berlalu, tetapi tidak ada perubahan yang berarti pada adiknya. Kaluarga menyarankan Ibu Nina untuk membawa adiknya kerumah sakit saja, karena sudah ada beberapa warga yang mengeluhkan dengan keadaan nina, yang sering marah-marah di tengah malam.
Akhirnya dengan berat hati Nina membawa Mawar ke RS. Jiwa di Kota, air matanya tidak dapat ia tahan, melihat adiknya dibalik jendela besi yang sekali-kali menyebut namanya.
“Kak Nina, kak nina mau kemana? Kak, Jangan tinggalin Mawar kak”
“Mawar, yok masuk! Ajak seorang suster
“Maafkan kakak Mawar, maafkan kakak, semoga ini yang terbaik buat kita. Ya Robb jaga adik hamba, berikan kesembuhan padanya!

BERSAMBUNG!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar