Sore itu tepat pada hari ke-10 Ramadhan, ibu-ibu telah sibuk
mempersiapkan untuk berbuka puasa, begitu pula dengan Ibu Nina. Saat
sedang memukul es batu, tiba-tiba ada H. Amin tetangga orang tua ibu
Nina.
“Nina, cepat kamu kerumah ibumu, karena dia sedang rebutan foto di depan rumah dengan adikmu, Mawar!
Ibu Nina pun segera pergi menuju rumah Ibunya. “Astaghfirullah, ada apa ini Ibu, adik?
“Itu adikmu ingin merobek foto ayahmu, makanya ibu cegah.
“Tidak, siapa bilang, saya hanya mau lihat kok. Dasar ibu aja yang pelit” jawab Mawar.
Ibu Nina terkejut mendengar suara adiknya yang seperti membentak
Ibunya, karena selama ini adiknya adalah anak yang sangat menghormati
orang tua.
Semenjak hari itu sikap Mawar semakin menjadi.
Ternyata penyakit Mawar kambuh lagi, penyakit yang membuat sarafnya
terganggu, ia terkadang tertawa sendiri, menangis, bahkan marah-marah
dengan orang-orang yang ditemuinya.
Melihat kondisi
adiknya yang semakin parah, Ibu Nina pun segera mencari berbagai
pengobatan tradisional karena ia tidak ingin memasuki adiknya ke RS.
Jiwa untuk kedua kalinya. Tetapi ternyata tidak ada perubahan pada
Mawar, ia pun mulai putus asa.
“Nina, ada orang pintar di desa seberang, kata orang dia bisa mengobati orang-orang seperti Mawar”
“oh iya ya pak? terimah kasih pak”.
Ibu Nina segera kesana, ia rela melakukan apapun demi kesembuhan
adiknya, walaupun harus menempuh jarak yang jauh dan transpor yang
sulit. Ia harus menunggu ketek (sebutan transpor air di sana)
berjam-jam, sehingga ia baru sampai di desa seberang tepat pukul 11.30
WIB, tetapi ternyata mobil tidak ada yang lewat sama sekali , yang
membuatnya harus berjalan kaki dibawah trik mata hari yang luar biasa
panasnya, dalam kondisi lapar dan haus karena ia tidak membawa bekal
sedangkan warung tidak ada membuatnya harus beristirahat beberapa kali
untuk menyambung tenaga. Setelah menempuh hampir 20Km akhirnya ia pun
sampai ditempat yang ia tuju. Untungnya ia langsung dapat bertemu dengan
orang pintar itu.
“Biasanya orang seperti ini ada
sesuatu yang difikirkannya terus menerus. Apa sebelum adikmu sakit
seperti ini ada masalah? Tanya orang pintar tersebut.
“Seingat saya tidak Pak.
“Apa dia bisa diajak kemari? Sehingga saya bisa lihat secara langsung.
“Tetapi, sepertinya tidak bisa Pak, jangankan untuk diajak pergi, diajak berbicara saja dia marah.
“Ya sudah kalau begitu, saya akan coba mengobatinya dari jarak jauh.
“Terima kasih banyak pak, mohon bantuannya.
“Iya InsyaAllah, saya akan berusaha semaksimal mungkin.
Setelah
pertemuan itu, telah hampir 2 minggu berlalu, tetapi tidak ada
perubahan yang berarti pada adiknya. Kaluarga menyarankan Ibu Nina untuk
membawa adiknya kerumah sakit saja, karena sudah ada beberapa warga
yang mengeluhkan dengan keadaan nina, yang sering marah-marah di tengah
malam.
Akhirnya dengan berat hati Nina membawa Mawar ke RS. Jiwa di
Kota, air matanya tidak dapat ia tahan, melihat adiknya dibalik jendela
besi yang sekali-kali menyebut namanya.
“Kak Nina, kak nina mau kemana? Kak, Jangan tinggalin Mawar kak”
“Mawar, yok masuk! Ajak seorang suster
“Maafkan kakak Mawar, maafkan kakak, semoga ini yang terbaik buat kita. Ya Robb jaga adik hamba, berikan kesembuhan padanya!
BERSAMBUNG!
Pengorbanan Seorang Kakak
10.58 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar