Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Makala METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB



METODOLOGI PEMBELAJARAN BAHASA ARAB


DISUSUSUN OLEH:

Nama         : Uswatun Hasanah
Nim   : 11190737
Kelas : Eki/6

Mata Kuliah : Bahasa Arab

Dosen Pembimbing : Amran Halim, S.Ag


FAKULTAS SYARIAH
PRODI EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2012

Kata Pengantar

Biamillahirrahmanirrahim.      
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makala dengan judul “Metodelogi Pembelajaran bahasa Arab” sebagai tugas mandiri pada mata kuliah bahasa Arab II.
            Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw, teladan yang baik, dan motivator ulung yang cerdas dan mempesona, dan sholawat dan salam tercurahkan pula kepada keluarga Rasulullah, sahabat, tabiin dan tabiut tabiin serta seluruh umat Islam dimana pun berada.
            Makalah ini saya buat guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Arab yang berikan kepada saya pada awal perkuliahan tatap muka. Alhamdulillah saya bisa menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. “Metodelogi pembelajaran bahasa Arab” adalah judul dari makalah yang saya buat. Hal ini karena perlunya para pelajar dan pengajar mengetahui bagaimana sistem belajar dan mengajar bahasa Arab itu sendiri, baik di Madrasah maupun di perguruan tinggi dengan benar.
Hal ini sangat perlu diketahui karena baiknya bahasa suatu negara ataupun penerus bangsa juga tergantung pada cara pelajar dan yang mengajarkan itu sendiri. Apalagi dalam pembelajaran bahasa Arab sebagai bahasa asing tentu mempunyai kesulitan sendiri dalam mempelajarinya. Oleh karena itu semoga dengan makala “metode pembelajaran bahasa Arab “ ini dapat membuat lebih efektif nya cara belajar dan mengajar, sehingga dapat menciptakan generasi yang kreatif, cerdas, dan intelektual.
            Tak ada gading yang tak retak. Inilah ungkapan yang rasanya perlu dikemukakan pada kesempatan ini, mengingat masi banyaknya kekurangan dalam makala ini. Atas segala kekurangan dan kekeliruan dalam makala ini, saya memohon maaf.
Akhirnya hanya kepada Allah-lah kita memohon taufik dan hidayah-Nya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
DAFTAR ISI

Pengantar      -----------------------------------------------------------------------       1
Daftar Isi        -----------------------------------------------------------------------       2
Bab I   :           Pendahuluan -----------------------------------------------------      4
Bab II :           Bahasa            -----------------------------------------------------      5
                        Hakikat Bahsa -----------------------------------------------------      5
                        Asal Usul Bahasa        --------------------------------------------     10
                        Fungsi Bahasa -----------------------------------------------------      12
                        Faktor-faktor Perkenbangan Bahasa   --------------------------    12
Bab III:          Bahasa Arab sebagai Bahasa Asing            -----------------   14
                        Pengertian Bahasa Asing        -----------------------------------    14
                        Karakteristik Bahasa Arab      -----------------------------------    15
                        Dualisme Bahasa Arab( Fushha dan ‘Amiya) -----------------   15
                        Bahasa Arab di Dalam dan di Luar Motif Agama     --------  16
Bab IV:          Eksistensi Pendidikan Bahasa Arab dan
Problematika Pembelajarannya      ---------------------------  19
                        Realitas dan Oreantasi            ---------------------------------------------    19
                        Tantangan Pendidikan Bahsa Arab    ---------------------------  19
                        Prospek Pendidikan Bahasa Arab       ---------------------------  20
                        Problematika Pembelajaran Bahasa Arab       ------------------  20
Bab V:            Ragam Metode Pembelajaran Bahasa Arab          --------- 23
                        Pendekatan, Metode, dan Tekhnik     ---------------------------  23
                        Metode Kaidah dan Terjemah------------------------------------   23
                        Metode Langsung--------------------------------------------------    23
                        Metode Audiolingual  ---------------------------------------------    24
            Metode Membaca       ---------------------------------------------    24
            Metode Gabungan      ---------------------------------------------    25




Bab VI:          Inovasi Metode Pembelajaran Bahasa Arab          --------- 26
                        Silent Way       ------------------------------------------------------     26
                        Counseling Learning Method ------------------------------------   26
                        Suggestopedia ------------------------------------------------------     27
                        Metode Herbart          ---------------------------------------------    28

Bab VII:         Pemanfaatan Kamus dalam
Pembelajaran Bahasa Arab ------------------------------------   30
                        Pengertian Kamus       ---------------------------------------------    30
                        Macam-macam Kamus            ------------------------------------   30
                        Komposisi Kamus       ---------------------------------------------    32
                        Kedudukan dan Fungsi Kamus dalam
Pembelajaran Bahasa Arab     ------------------------------------   33
                        Kiat Menggunakan Kamus Arab        ---------------------------  34
                       
BAB VIII:      Simpulan        ------------------------------------------------------     36
Daftar Pustaka          ---------------------------------------------------------------     38















BAB I
PENDAHULUAN

          Walaupun dianggap sebagai bahasa asing oleh bangsa Indonesia, bahasa Arab tidak asing di telinga mereka, terutama umat Islam. Sayangnya, sebagian mereka masih beranggapan bahwa bahasa Arab hanyalah bahasa agama sehingga perkembangannya terbatas di lingkungan kaum muslimin yang memperdalam ilmu-ilmu agama. Hanya lingkungan kecil saja yang menyadari betapa bahasa Arab merupakan bahasa multidimensi yang digunakan oleh para cendikiawan dalam memproduksi karya-karya besar diberbagai bidang disiplin ilmu seperti sejarah, filsafat, matematika, fisika, sastra, dan lain-lain. Kalau saja umat Islam dan umat lainnya mau melihat sejarah masa lalu, saat spirit keilmuan di abad pertengahan memuncak, tentu akan mengetahui bahwa bahasa Arab adalah bahasa pertama kali menjaga dan mengembangkan sains dan teknologi. Karena itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa bahasa Arab merupakan peletak dasar pertumbuhan ilmu pengetahuan modern yabg berkembang pesat dewasa ini.
            Sebagai upaya untuk mengatasi masalah pembelajaran, sekaligus meningkatkan kualitas pembelajaran yang telah dan sedang dilaksanakan, perlunya metode pembelajaran bahasa Arab sebagai upaya mencari cara yang tepat dalam mengajarkan bahasa Arab agar para pelajar menguasai bahasa Arab secara umum yang dijabarkan kedalam empat keterampilan berbahasa.
            Berbagai metode pembelajaran bahasa Arab dam inovasinya akan menjadi tantangan tersendiri bagi setiap guru bahasa Arab. Tidak hanya aspek konsep yang harus dikuasai tetapi juga aspek praktek yang langsung bersentuhan dengan materi dan pelajar. Aplikasi akan semakin efektif jika penggunaan disertai dengan penggunaan teknologi media. Tentu saja penggunaan teknologi juga menuntut setiap guru bahasa Arab untuk memahaminya dengan baik, apalagi sekarang adalah zaman teknologi canggih yang telah menyentuh berbagai ranah kehidupan, termasuk pembelajaran bahasa Arab. Jika alur perkembangan teknologi bisa diikuti dengan baik, maka dapat dipastikan  kualitas pembelajaran bahasa Arab tidak ketinggalan.

BAB II
BAHASA

A.   Hakikat Bahasa
Bahasa adalah realitas tumbuh dan berkembang sesuai dengan tumbuh berkembangnya manusia pengguna bahasa itu. Realitas bahasa dalam kehidupa ini semakin menambah kuatnya eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama. Kekuatan eksistensi manusia sebagai makhluk berbudaya dan beragama antara lain ditunjukkan oleh kemampuannya memproduksi karya-karya besar berupa sains, teknologi, dan seni tidak terlepas dari peran-peran bahasa yang digunakannya. Namun dalam konteks lain, bahasa dapat dijadikan alat propaganda, bahkan peperangan yang bisa membahayakan sesama jika penggunaan bahasa tidak melihat lagi rambu-rambu agama dan kemanusiaan dalam penggunaannya.
Bahasa, dengan demikian tidak lagi menjadi realitas yang sederhana, karena melibatkan banyak aspek yang tidak bisa dianggap enteng. Melihat fenomena yang demikian kompleks ini, bahasa hingga kini didefinisikan oleh para ahli dengan beragam pengertian. Berikut ini beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli:
Menurut Al-Khuli (1982: i48), bahasa adalah system suara yang terdiri atas symbol-simbol arbitrer (manasuka) yang digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk bertukar fikiran atau berbagai rasa.
Menurut Ba’labaki (1990: 272), bahasa adalah sitem yang terbentuk oleh symbol-simbol, diusahakan, dan dapat berubah untuk mengekspresikan tujuan pribadi atau komunikasi antarindividu.
Menurut ‘Abd Al-Majid (1952: 15), bahasa adalah kumpulan isyarat yang digunakan oleh orang-orang untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, emosi, dan keinginan.
Menurut Anis Farihah (1973: 14), bahasa adalah gejala  psikologis, social, kultural, tidak bersifat biologis, dapat diusahakan, terdiri atas simbol-simbol suara yang mengandung makna sehingga seseorang dapat berkomunikasi.
Menurut Mery Finochiao (1974: 3), bahasa adalah system arbitrer (manasuka) yang terdiri atas simbol-simbol suara yang digunakan oleh manusia dalam mentransfer budaya kepada yang lainnya atau mereka yang telah mempelajari budaya dalam berkomunikasi.
Menurut Ronald Wardaugh (1972: 3), bahasa adalah sistem simbol ujaran yang arbitrer  yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi.
Masih banyak lagi definisi lain yang tidak disebutkan di sini. Dari sudut redaksional memang definisi-definisi itu beragam. Keragaman definisi ini tidak berarti bahwa bahasa adalah sebagai sesuatu yang tidak jelas. Justru keragaman tersebut akan semakin memperjelas hakikat bahasa karena ada keragaman tujuan.
Dari berbagai definisi itu dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat bahasa itu sistematik (bersistem), arbitrer (manasuka), ujaran (berupa ucapan), symbol (terdiri atas lambing-lambang), manusiawi (diproduksi dan digunakan oleh manusia), alat komunikasi, dan satu lagi dapat ditambahkan bahwa bahasa itu mengacu kepada obyek baik dirinya maupun luar dirinya. Penjelasannya sebagai berikut:

1.      Sistematik
Sistem berarti bahwa sesuatu itu terdiri atas unsure teratur yang saling berhubungan secara baik. Sistematik berarti teratur, karena diatur oleh sistem, yaitu aturan atau pola. Pada setiap aturan ini bisa terlihat dalam dua hal yaitu:
a.       Sistem bunyi, dan
b.      Sistem makna.

Hanya bunyi-bunyi tertentulah yang bisa dipakai, digabung-gabungkan dengan
bunyi lainnya untuk membentuk satu kata sebagai simbol dari acuan atau rujukan (referent).
Umpanya saja dalam bahasa Indonesia awalan me- dapat berkombinasi denga  akhiran –kan dan –i  seperti menjadikan dan membumbuhi tapi kita tidak bisa mengkombinasikannya termejadi karena awalan ter- dan me- tidak bisa digabungkan dengan kata jadi seperti itu. Huruf pada kata kerja ينصر dalam bahsa Arab adalah awalan kata kerja mudhori’(sekarang/yang akan datang). Huruf itu tidak bisa dimasukkan kedalam kata kerja madhi, misalnya ينصرت (yanasharat, yanasharta, yanasharti, yanashartu) yang memiliki aturan khusus. Jadi pada kata yanshuru adalah sistem tidak bisa digunakan dengan sembarangan. Ini menunjukkan bahwa penggabunga awalan itu beraturan (bersistem) tidak asal gabung.
Seandainya bahasa itu tidak sistematik maka bahasa itu tidak akan pernah ada, tidak punya arti, hanyalah sesuatu yang kacau tidak karuan. Kita tidak bisa mempelajari obyek yang tidak sistematik, walau otak kita mencoba mensistematikkannya.

2.      Arbitrer (manasuka)
Manasuka berarti seenaknya, asal bunyi, mana saja yang disukai. Arbitrary artinya selected at random and without reason, dipilih secara acak tanpa alasan. Ringkasnya, manasuka tidak ada hubungan logis dengan kata-kata sebagai simbol (al-ramz) dengan yang disimbolkan (al-marmuz).
Contoh manasuka tersebut terbukti antara bunyi-bunyi (rangkaian bunyi-bunyi) dengan makna yang dikandungnya. Mengapa bahan bakar sepeda motor itu kita sebut bensin bukan kecap. Binatang tertentu di Indonesia disebut anjing, di Inggris disebut dog, di Arab kalbun. Mengapa demikian? Demikianlah hal dalam sintatik. Kita ambil contoh kalimat beriku:

Saya    bersyukur        atas      keberhasilannya
1               2                    3                    4

Mengapa justru urutan 1 2  3 4 yang disetujui dan yang sesuai dengan language setiap penutur Indonesia. Disini tidak ada alasan lagi yang dapat diberikan lagi. Jawabnya: sudah begitulah susunannya. Itulah yang disebut manasuka.

3.      Ujaran (ucapan)
Bahasa itu ujaran berarti bahwa media bahasa yang terpenting adalah dengan bunyi-bunyi, bagaimana pun sempurna dan modern nya media tulisan. Kita bisaberbicara tanpa menulis tetapi kita tidak bisa menulis tanpa berbicara (sama diri sendiri paling tidak).
Sitem tulisan berfungsi sebagai pelestari ujaran bukannya mengatur ujaran. Karena fungsi pelestari ujaran inilah maka bahasa disebut alat pelestari kebudayaan manusia.
Kenyataan bahwa bahasa itu ujaran, memaksa paa linguis untuk menyelidiki organ-organ ujaran dan menganalisis bunyi-bunyi yang dihasilkannya, sehingga terbentuklah cabang linguistic yang mempelajari bidang ini yaitu fonetik dan fonologi.

4.      Simbol
Ada perbedaan konseptual antara simbol dengan tanda (al-rumuz dan al-‘alamat/symbols dan signs). Menurut Alwasilah (1990: 79) simbol mengacu pada sesuatu obyek dan hubungan antara simbol dengan obyek itu bersifat manasuka, sedangkan hubungan tanda dengan acuannya tidak manasuka. Simbol adalah sejenis tanda juga, namun tidak semua tanda adalah simbol.
Bahasa manusia itu adalah simbol dari perasaan keinginan harapan dan sebagainya, pendeknya bahasa itu adalah simbol kehidupan manusia, simbol manusia itu sendiri.
Bahasa sebagai simbol mampu mengacu kepada puspa ragam,obyek, kejadian, hubungan antara obyek dan kejadian tadi.

5.      Manusia
Bahasa itu manusiawi dalam pengertian bahwa apa-apa yang sudah kita bicarakan di muka (sistem, manasuka, ujaran, simbol) dan komunikasi itu adalah suatu kekayaan yang hanya dimiliki umat manusia. Ringkasnya bahwa manusialah yang berbahasa sedangkan hewan-hewan lain tidak berbahasa. Keistimewaan bahasa manusia semakin terasa kalau kita membandingkannya dengan komunikasi binatang misalnya. Hal ini bisa kita telusuri dari sejarah evolusi manusia dan evolusi bahasanya. Ahli-ahli biologi pun membuktikan bahwa sitem komunikasi bintang itu sama tidak mengenal cirri ganda bahasa manusia yaitu sitem bunyi dan makna.

6.      Alat komunikasi
Kunci terakhir untuk membuka hakekat bahasa adalah komunikasi. Fungsi terpenting bahasa adalah alat komunikasi dan interaksi. Bahasa berfungsi sebagai lem perekat dalam menyatupadukan keluarga, masyarakat dan bangsa dalam kegiatan sosialisasi. Tanpa bahasa suatu masyarakat tidak dapat terbayangkan. Kata “komunikasii” mencakup makna mengerti dan berbicara, mendengar dan membalas tindak.  Kesemua tindakan dan peristiwa tutur ini bisa berobyek peristiwa maa silam, hari ini dan hari lusa.

7.      Mengacu pada obyeknya
Bahasa itu mengacu pada obyek tertentu baik pada obyek diluar dirinya maupun pada dirinya sendiri. Contoh-contoh yang telah dijelaskan diatas telah menunjukkan bahwa bahasa mengacu pada obyek diluar dirinya. Dalam arti bahwa bahasa itu memiliki sesuatu yang dipersoalkan diluar dirinya, yaitu semua fenomena yang terjadi pada lingkungan tempat bahasa itu ada. Selain itu bahasa itu bisa mengacu atau memantul pada bahasa itu sendiri. Sesuatu bahasa baru disebut bahasa bila ia mampu dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri.



B.     Asal Usul Bahasa
Bahasa merupakan obyek yang sangat menarik dibicarakan. Hingga saat ini para ahli tidak pernah selesai membicarakannya. Hal ini karena bahasa adalah aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Diantara pembicaraan ini, aspek asal-usul bahasa nampaknya tidak sampai pada kesepakatan bulat. Banyak teori yang mempersoalkan asal bahasa, ada yang lucu, ada yang aneh, sampai ke yang berbau ilmiah. Setidaknya ada dua pendekatan untuk melihat teori-teori itu, yaitu pendekatan tradisional dan  pendekatan modern.

1.      Pendekatan tradisional
Sampai pertengahan abad ke-18 teori-teori asal bahasa dapat dikategorikan sebagai devine origin (berdasarkan kedewaan/kepercayaan). Pada masa ini kemunculan bahasa dianggap memiliki keterlibatan Tuhan, bahkan Tuhanlah yang mengajarkan langsung kepada manusia. Pada bagian akhir abad ke-18 spekulasi asal-usul bahasa berpindah dari wawasan-waasan keagamaan, mistik dan tahkayul kea lam baru yang disebut dengan organic phase (fase organis).
Beberapa teori yang mempersoalkan bahasa secara tradisioal antara lain:
a.       Teori Tawqif
Teori Tawkif melihat bahwa bahasa berasal dari Tuhan melalui ilham, pembawaan dan insting.
b.      Teori Isthilah
Teori Isthilah memandang bahwa bahasa di dunia lahir karena ada persetujuan manusia-manusia yang memiliki bahasa yang berangkutan. Kata lain bahwa bahasa merupakan produk manusia yang tumbuh dan berkembang sejalan dengan usaha manusia itu.
c.       Teoti Pooh-Pooh
Teori Pooh-pooh memandang bahwa bahasa manusia dimulai dari ekspresi emosional manusia seperti jengkel, gembira, sedih, marah, kesepian, dan lain-lain. Dari kondisi emosional inilah muncul kata-kata yang menunjukkannya.
d.      Teori Ding-Dong
Teori Ding-dong memandang bahwa setiap kata yang terucap menunjukkan kepada maknanya.
e.       Teori Ya-he-ho
Teori Ya-he-ho menyimpulkan bahwa bahasa pertama lahir dalam satu kegiatan social.
f.       Teori Bow-Bow
Teori Bow-bow disebut juga teori Onomatope atau Echoic. Menurut teori ini kata-kata yang pertama kali adalah adalah tiruan terhadap bunyi alami.
g.      Teori Gestur
Teori Gestur mengatakan bahwa isyarat mendahului ujaran. Jadi menurut teori ini bahasa lahir dari isyarat-isyarat yang bermakna.

2.      Pendekatan Modern
Manusia ini tercipta dengan perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan terlahirnya ujaran (kemampuan berbahasa). Namun, ujaran bukan hanya karena kerja organ-organ fisik tadi.
Kini para ahli antropologi menyimpulkan bahwa manusia dan bahasa berkembang bersama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo Sapien juga mempengaruhi berkembangnya bahasa.
Ada juga yang mengatakan bahwa perkembangan bahasa manusia sama seperti halnya perkembangan para bayi yang berkembang menjadi dewasa.



C.    Fungsi Bahasa
Dalam tartan kiprah manusiawi bahsa memiliki fungsi yang tidak ternilai. Segala kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari fungsi-fungsi bahasa.
Beberapa fungsi bahasa dalam kehidupan manusia antara lain:

1.      Bahasa adalah alat berfikir
2.      Bahasa alat untuk memenihi kebutuhan
3.      Bahasa alat untuk berekspresi
4.      Bahasa media penghubung antar kelompok
5.      Bahasa salah satu simbol agama
6.      Bahasa pendukung utama pengetahuan
7.      Bahasa alat pemersatu
8.      Bahasa alat politik

D.    Faktor-faktor Perkembangan Bahasa
Bahasa (dengan sifatnya dinamis-progresif) selanjutnya berinteraksi secara terus-menerus dan bersifat simbosis matualisme dengan masyarakat selaras dengan perkembangannya. Faktor-faktor yang bersentuhan langsung dengan bahasa antara lain:

1.      Faktor Sosial
Menurut pandangan para sosiolog, faktor inilah yang dianggap terpenting dan paling berpengaruh pada kehidupan bahasa. Berpindahnya sekelompok masyarakat dari satu tempat ke tempat lainnya dan bercampur-baurnya golongan pendatang baru dengan penduduk lokal-pribumi setempat (sadar atau tidak sadar) menciptakan bentuk baru bagi interaksi kebahasaan.

2.      Faktor Kebudayaan
Bagi kalangan antropologi, faktor kultur ini tergolong amat efektif dalam pengembangan sebuah bahasa. Salah satu bukti nyata tentang hal ini adalah bahasa Inggris karena nilai ilmiah karya tulis (manuskrip) banyak ditulis tangan media bahasa inggris dari berbagai ilmu dan sains, bahasa Inggris kini dipelajari oleh seluruh bangsa dunia.

3.      Faktor Agama
Faktor agamalah yang menyebabkan bahasa bisa bertatahan. Seperti bahasa Arab , selain sebagai bahasa ritual (tujuan ibadah), juga menjadi bahasa pemersatu umat Islam. Bukankah bahasa Arab digunakan pula oleh Al-quran(kitab suci umat Islam)?

4.      Faktor Politik
Kekuatan politik suatu Negara akan sangat menentukan kekuatan bahasanya. Fakya nyatanya bahwa sebagian negeri di benua Afrika yang berbahasa Prancis, sedangkan sebagian lainnya berbahasa Inggris, mencerminkan adanya pengaruh  politik yang sangat besar dari kedua bangsa penjajah, Inggris dan Prancis. Demikian pula bahasa Belanda yang sangat berpengaruh dalam hukum positif yang hingga kini tetap diberlakukan di Indonesia. Padahal, negeri yang juga disebut sebagai Kepulauan Nusantara ini mayoritas penduduknya adalah muslim, yang tentu saja sudah sewajarnya jika penduduknya memahami bahasa Arab sebagai salah satu bahasa komunikasi.











BAB III
BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA ASING

A.    Pengertian Bahasa Asing
Bahasa asing atau al-lughah al-ajnabiyyah dalam bahasa Arab, dan foreign language dalam bahasa Inggris, secara umum adalah bahasa yang digunakan oleh orang asing. Pengertian asing seperti dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi IV (2008: 93) adalah orang atau sesuatu yang berasal dari luar negeri atau lungkungan. Pengertian ini menggambarka bahwa bahasa asing adalah bahasa yang dipakai orang luar negeri atau luar lingkungan pribumi.
Khusus bahasa Arab di Indonesia, jika kita lihat penggunaanya di masyarakat bisa jadi sebagai bahasa asing bisa jadi sebagai bahasa kedua. Bagi lingkungan atau masyarakat umum bahasa Arab adalah bahasa asing karena bukan bahasa pergaulan sehari-hari. Akan tetapi jika kita melihat lingkungan atau lembaga pendidikan khusus seperti pondok pesantren modern Gontor Ponorogo, Al-Imarat Bandung, Darunnajah Jakarta, dan LIPIA Jakarta, dan lain-lain, bahasa Arab biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari, bahkan digunakan sebagai pengantar pelajaran. Maka dalam posisi ini bahasa Arab bukan lagi sebagai bahasa asing, namun bahasa kedua.
Meskipun demikian, bahasa Arab dalam pandangan pemerintah adala bahasa asing. Hal ini terbukti, misalnya, dalam peratutan Menteri Agama RI tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Dalam peraturan tersebut dikatakan bahwa tujuan mata pelajaran bahasa Arab salah satunya adalah “menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya bahasa Arab sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar, khususnya dalam mengkaji sumber-sumber ajaran Islam”.
Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa bahasa Arab merupakan bahasa asing. Dengan demikian jika ada kalangan tertentu Indonesia yang menganggap bahasa Arab bukan bahasa asing, maka itu tidak resmi karena diluar patokan yang ditetapkan pemerintah Indonesia.

B.     Karakteristik Bahasa Arab
Setiap bahasa memiliki karakterietik tersendiri yang membedakannya dari bahasa yang lain. Karakteristik ini sekaligus sebagai kekuatan yang bahkan dalam hal tertentu tidak ada tandingannya. Demikian pula bahasa Arab (BA) memiliki sejumlah karakterisrik yang membedakannya dari bahasa yang lainnya. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Kaitan mentalistik subyek-prediket
2.      Kehadiran individu
3.      Rektorika parallel
4.      Keutamaan makna
5.      Keberadaan I’rab
6.      Kekayaan kosakata
7.      Integrasi dua kata
8.      Qiyas (analogi kata)
9.      Dinamika dan kekuatan.

C.    Dualisme Bahasa Arab (fushha dan ‘Amiyyah)
Perkembangan bahasa dari waktu ke waktu memunculjenis fushha dan ‘amiyah. Bahasa Arab fushha adalah ragam bahasa Arab baku yang digunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi dan untuk kepentingan kodifikasi karya-karya puisi, prosa dan penulisan pemikiran intelektual secara umum (Ya’qub, 1982: 144). Bahasa Arab fushha adalah bahasa standar yang mengikuti kaidah-kaidah baku secara internasional. Kaidah-kaidah inilah yang membuat orisinalitasnya terjaga yang berlaku.
Sedangkan bahasa ‘amiyyah adalah ragam bahasa yang digunakan untuk urusan-urusan biasa sehari-hari. Bahasa ‘amiyyah berkembang pesat di masyarakat umum menengah ke bawah. Oleh karena itu sebagian orang Indonesia mengartikannya sebagai bahasa pasaran.
Bahasa ‘amiyyah adalah bahasa yang tidak memiliki kaidah baku secara internasional, sehingga dinilai sebagai bahasa yang “menyalahi” kaidah.


Ciri yang membedakan bahasa fushha dari ‘amiyyah adlah sebagai berikut:
1.      Bahasa fushha derajatnya sangat tinggi, jauh diatas dialek ‘amiyyah yang berlaku dalam pergaulan sehari-hari. Dikatakan demikian karena bahasa fushha digunakan dan berlaku dikalangan orang-orang yang berbakat dan berpendidikan, bahkan kitab suci Al-quran dan Hadits Nabi hanya menggunakan bahasa fushha.
2.      Pada bahasa fushha tidak terdapat cirri-ciri yang bersifat kedaerahan atau yang ada kaitannya dengan kabilah tertentu. Lain halnya dengan bahasa ‘amiyyah karena bahasa ini berkembang dan selalu menampakkan ciri kedaerahan.

D.    Bahasa Arab di Dalam dan di Luar Motif Agama
Kekuatan bahasa Arab sampai saat ini telah “bereksplorasi” ke dalam berbagai ranah yang menjadikannya semakin diperhitungkan oleh masyarakat dunia disamping eksistensinya sebagai media pesan-pesan Ilahi. Setidaknya ada empat hal yang dapat disebutkan disini sebagai indikasi kekuatannya, yaitu:

1.      Bahasa Arab dan Islam
Bangsa Indonesia yang terbesar diberbagai kepulauan nusantara sebagian besar memeluk agama Islam. Sebagaimana diketahiu Islam adalah agama wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dengan perantara Malaikat  Jibril. Wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai utusan terakhir, dihimpun menjadi kitab suci Al-quran yang berbahasa Arab. Mengutip Hadits Muslim dari Ibnu ‘Abbas yang berbunyi “cintailah bahasa Arab karena tiga hal: aku adalah orang Arab; Al-quran berbahasa Arab; dan bahasa ahli syurga adalah Arab.” Jadi sumber pokok agama Islam yaitu Al-quran dan Hadits. Keduanya berbahasa Arab. Atas dasar ini, mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa kitab suci kaum muslimin di dunia merupakan kebutuhan utama. Disamping itu mempelajari bahasa Arab berarti memperdalam agama Islam dari sumber yang asli.

2.      Bahasa Arab dan Sain
Bahasa Arab telah berjasa memajukan sains dan filsafat sejak sekitar abad ke-7 saat kejayaan kerajaan Islam Abasiyah mencapai puncaknya. Kejayaan itu ditandai oleh meningkatnya produktifitas karya ilmiah dan filsafat yang dimotori oleh ilmuan dan filosof Muslim, baik karangan asli berbahasa Arab maupun terjemahan Barat-Arab dan Arab-Barat, antara lain dibidang matematika, fisika, kimia, kedokteran, astronomi, kesustraan, dan tentu saja filsafat.
Ribuan karya monumental semisal al-qanun fi al-Thibb (aturan-aturan dalam kedokteran) karya Ibnu Sina, al-madkhal ila ‘ilm al-nujum falasifah (Tujuan Para Filosof) karya Al-Ghozali, dan segudang literatur lain, masih dijadikan referensi dibanyak universitas di Eropa. Fakta lain, angka 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9, adalah kontribusi Arab yang sangat besar terhadap usaha pemudahan hitungan dan penulisan atas angka Romawi yang tidak efektif. Itulah sebabnya di dalam semua kamus bahasa Inggris, dan juga sistem software computer angka-angka tersebut dinamai “Arabic Numeral”. Demikizn juga sistem aritmatika jasa al-khawarizmi, dan sistem Aljabar jasa al-jabir bin hayyan yang sampai saat ini merupakan pelajaran pokok di sekolah-sekolah.
Dengan demikian, bahasa Arab bukan hanya sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan agama, tetapi juga media dalam menggali, melestarikan, dan mengembangkan sains. Pada perjalanan jangka panjang, bahasa Arab telah turut mengangkat peradaban umat manusia.

3.      Bahasa Arab dan Kebudayaan Nasional
Tidak hanya karena alasan agama, namun bahasa Arab juga telah turut ambil bagian dalam membangun dan mengembangkan kebudayaan nasional, khusus bahasa nasional dan daerah. Setidaknya memberikan  kontribusi pembendaharaan kata. Dalam hal ini kita tau bahwa tidak sedikit kosakata bahasa Indonesia dan bahasa daerah yang berasal dari bahasa Arab. Demikian juga jika kita melihat beberapa upacara adat.
Namun, ada hal yang menarik, sekaligus menggembirakan, bahwa ungkapan-ungkapan bahasa Arab dipergunakan dalam forum resmi maupun tidak resmi, ucapan salam “Assalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh,” “Bismillahirrahmanirrahim,” “Alhamdulillah,” “Masya Allah,” “Insya Allah,” dan sebagainya. Ungkapan-ungkapan ini telah dipergunakan secara meluas baik oleh rakyat biasa maupun oleh pejabat tinggi dalam pemerintah
Memperhatikan beberapa fenomena di atas, maka mempelajari bahasa Arab di Indonesia tidak hanya berguna untuk memahami ajaran-ajaran agama Islam dan kebudayaan Islam pada umumnya tetapi juga bermanfaat pula untuk mengetahui pengaruh dan kegunaan bahasa Arab dalam perkembangan kebudayaan nasional.

4.      Bahasa Arab dan Dunia Internasional
Dunia Arab terdiri atas beberapa Negara dengan bentuk dan sistem pemerintahan masing-masing. Walaupun terdapat kepentingan antara Negara satu dengan yang lain, namun mereka-mereka ada dalam satu ikatan kesatuan bahasa, yaitu bahasa Arab. Disamping itu kegiatan nasionalisme Arab juga memberikan pengaruh yang kuat terhadap kesadaran dan keinsyafan, mereka sebagai satu bangsa.
Salah satu hasil dari gerakan nasionalisme Arab ini tampak dalam penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu umat yang digunakan oleh seluruh pelosok dunia.
Tersebarnya bahasa Arab di dunia internasional semakin menampakkan ciri keinternasionalan bahasa Arab. Dalam hal ini Arsyad (2004: 14-15) menjelaskan bahwa cirri ini terlihat sejak kebangkitan sastra Arab pasca lahirnya Islam mencakup beberapa bangsa yang berbeda-beda. Semuanya tercelup dalam satu kebudayaan yang beridentitas Arab, termasuk Pakistan, Afganistan, Melayu, Indonesia, Mauritania, Nigeria, Somalia, dan lain-lain.
Ciri lainnya dapat ditelusuri dari banyaknya lafal yang dipinjam dari bahasa Arab yang telah menjadi kosa kata bahasa internasional.
BAB IV
EKSISTENSI PENDIDIKAN BAHASA ARAB DAN PROBLEMATIKA PEMBELAJARANNYA

A.    Realitas dan Orientasi
Pendidikan bahasa Arab di Indonesia sudah di ajarkan mulai dari TK (sebagian) hingga perguruan tinggi. Berbagai potret penyelenggaraan pendidikan bahasa Arab di lembaga-lembaga pendidikan Islam setidaknya menunjukkan adanya upaya serius untuk  memajukan sistem dan mutunya. Secara teorotis, paling tidak ada empat orientasi pendidikan bahasa Arab sebagai berikut:

1.      Orientasi religious, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami dan memahamkan ajaran Islam (fahm al-maqru).
2.      Orientasi akademis, yaitu belajar bahasa Arab untuk tujuan memahami ilmu-ilmu dan keterampilan berbahasa Arab (istima’, kalam, qira’ah, dan kitabah). Orientasi ini cendrung menempatkan bahasa Arab sebagai disiplin ilmu atau objek studi yang harus dikuasai secara akademik.
3.      Orientasi professional/ praktis dan pragmatis, yaitu belajar bahasa Arab untuk kepentingan profesi, pragtis atau pragmatis seperti mampu berkomunikasi lisan (muhadatsah) dalam bahasa Arab.
4.      Orientasi ideologi dan ekonomis, yaitu belajar bahasa Arab untuk memahami dan menggunakan bahasa Arab sebagai media bagi kepentingan orientasi.

B.     Tantangan Pendidikan Bahasa Arab
Menurut ‘Abd Al-Shabur Syahid dalam Al-Tahaddiyat al-lati Tuwajihu al-Lugha al-‘arabiyyah (2007), pendidikan bahasa Arab dewasa ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang serius.
Pertama, akibat globalisasi, penggunaan bahasa Arab fushha dikalangan masyarakat Arab sendiri mulai berkurang frekuensi dan proporsinya, cenderung digantikan dengan bahasa Arab ‘amiyyah atau dialek local (al-lahajat al-mahalliyyah).
Kedua, masih menurt syahim, realitas bahasa Arab saat ini juga dihadapkan pada tantangan globalisasi, tepatnya tanganan pola hidup dan kolonialisasi Barat termasuk penyebarluasan bahasa Arab di dunia Islam.
Ketiga, derasnya gelombang pendangkalan akhlak, akidah, dan penjauhan generasi muda Islam dari sumber-sumber ajaran Islam melalui pencitraan buruk terhadap bahasa Arab.
Selain ada upaya penggantian huruf Arab dengan latin, bahasa Arab pada lembaga pendidikan di dunia Islam juga mulai digeser meskipun belum sampai digantikan oleh bahasa Inggris atau Prancis sebagai bahasa pengantar untuk pembelajaran sains. Selain itu, studi bahasa Arab di lembaga pendidikan kita juga mengalami ditorsi-entasi: tidak jelas arah dan tujuannya. Hal ini terlihat pada strktur program kurikulum PBA yang bermuatan beberapa mata kuliah tampaknya tidak semuanya relevan dengan visi dan misi PBA. Kemudian, kebijakan pendidikan dan pengajaran bahasa Arab di madrasah dan lembaga pendidikan lainnya, selama ini juga tidak menentu.
Tantangan lainnya yang juga tidak kalah pentingnya dalam pengembangan pendidikan bahasa Arab adalah rendahnya minat dan motivasi belajar serta kecendrungan sebagai pelajar atau mahasiswa bahasa Arab utuk “mengambil jalan yang serba instan” tanpa menulis proses ketekunan dan kesungguhan. Hal ini terlihat dari karya-karya dalam bentuk makala dan skripsi yang agaknya cendrung merosot atau berbobot mutunya. Jadi, faktor penyebab kesulitan belajar bahasa Arab bukan sepenuhnya bersumber dari bahasa Arab itu sendiri (faktor internal sistem bahasa Arab), melainkan lebih disebabkan oleh faktor psikologis (minat, motivasi, tidak percaya diri), edukatif dan social. Karena itu pendekatan dan metode yang dipilih dalam pembelajaran bahasa Arab seharusnya memperhatikan faktor-faktor psikologis, edukatif, dan social cultural.

C.    Prospek Pendidikan Bahasa Arab
Setiap tantangan pasti memberikan peluang dan prospek jika kita berusaha untuk menghadapi tantangan itu dengan berfikir positif (al-takfir al-ijabi) dan bersikap penuh kesungguhan dan kearifan, termasuk tantangan yang kini dihadapi pendidikan bahasa Arab. Ada beberapa prospek studi bahasa Arab dimasa depan yang dapat raih, jika para penggiat dan peminat studi bahasa Arab secara bersama-sama mau dan mampu menekuninya dan mengubah tantangan menjadi peluang.
Pertama, peluang untuk mengembangkan bahasa Arab semakin terbuka, karena seseorang yang menguasai bahasa Arab dapat dipastikan memiliki modal dasar untuk mendalami dan mengembangkan kajian Islam, atau setidak-tidaknya mengembangkan studi ilmu-ilmu keislaman.
Kedua, pengembangan profesi keguruan, yaitu menjadi tenaga pengajar bahasa Arab yang professional.
Ketiga, panggilan dan pembudayaan tradisi penelitian dan pengembangan metodologi pengembangan bahasa Arab. Melalui penggiatan penelitian tentu saja, karya akademik dapat dihasilkan, dan pada gilirannya komunitas pendidikan bahasa Arab menjadi lebih tercerahkan.
Keempat, intensifikasi penerjemahan karya-karya berbahasa Arab, baik mengenai keilmuan dan keislaman ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya. Profesi ini cukup menantang dan menjanjikan harapan, meskipun penerjemah relative belum mendapat apresiasi yang sewajarnya.
Kelima, intensifikasi akses dan kerjasama dengan pihak luar, termasuk melalui Departemen Luar Negeri.
Keenam, pengembangan media dan teknoligi pembelajaran bahasa Arab.
Ketujuh, sudah saatnya pendidikan bahasa Arab melahirkan karya-karya akademik (hasil-hasil penelitian, teori-teori baru, bulu, media dan sebagainya) yang dapat memberikan pencerahan masyarakat.

D.    Problematika Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa Arab dengan berbagai karakteristiknya serta motivasi mempelajarinya dikalangan non Arab tetap saja memiliki banyak kendala dan problematika yang dihadapi karena bahasa Arab tetap bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara total.

Problematika yang biasanya muncul dalam mempelajari bahasa Arab bagi non Arab terbagi ke dalam dua bagian yaitu sebagai berikut:

1.      Problematika linguistik.
Yang termasuk dalam problema linguistik yaitu tata bunyi, kosakata, tata kalimat dan tulisan.
2.      Problematika non linguistik.
Yang termasuk dalam problema non linguistik yang paling utama adalah problem yang menyangkut perbedaan sosiokultural masyarakat Arab dengan masyarakat non Arab.






















BAB V
RAGAM METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A.    Pendekatan, Metode, dan Tekhnik
Pendekatan pembelajaran (madkhal al-tadris/ teaching approach) adalah tingkat pendidikan filosofis mengenai bahasa, belajar, dan mengajar bahasa.
Metode pembelajaran (thariqah al-tadlis/ teaching method) adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara procedural, tidak saling bertentangan, dan tidak bertentangan dengan pendekatan (‘Abd al-Raziq, 2007).
Tekhnik pembelajaran (uslub al-tadris/ teaching technique) lebih bersifat aplikatif, karena itu sering disebut gaya pembelajaran.

B.     Metode Kaidah dan Terjemah
Langkah-Langkah Penggunaan Metode Kaidah dan Terjemah yaitu sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, memuat beberapa hal yang berkaitan dengan materi yang disajikan.
b.      Guru memberikan pengenalan dan definisi kaidah-kaidah tertentu yang harus dihapalkan sesuai dengan materi yang akan disajikan.
c.       Setelah para pelajar bener-bener memahami materi, guru membimbing mereka menghafal definisinya dengan disiplin.

C.    Metode Langsung
Langkah-langkah penggunaan metode langsung yaitu sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan matei.
b.      Guru memberikan materi berupa dialog-dialog pendek yang rilek, dengan bahasa yang biasanya digunakan sehari-hari secara berulang-ulang.
c.       Pelajar diarahkan untuk displin menyimak dialog-dialog tersebut, lalu menirunya sampai lancer.
d.      Para pelajar dibimbing menerapan dialog itu dengan teman-teman secara bergiliran.
e.       Struktur/ tata bahasa diberikan bukan dengan menganalisa nahwu, melainkan dengan memberikan contoh-contoh secara lisan yang sedapat mungkin menarik perhatian pelajar untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan sendiri.
f.       Sebagai penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan dialog yang harus dijawab oleh pelajar sebagaimana pola-pola dialog di atas.

D.    Metode Audiolingual
Langkah-langkah metode audiolingual yaitu sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, membuat berbagai hal yang berkaitan dengan materi.
b.      Penyajian dialog/ bacaan pendek yang dibacakan oleh guru berulang kali, sedangkan pelajar menyimaknya tanpa melihat pada teks.
c.       Peniruan dan penghafalan dialog/ bacaan pendek dengan tekhnik meniru setiap kaliamat secara serentak dan menghafalnya.
d.      Penyajian pola-pola yang sulit bisa dikembangkan dengan drill (dengan tekhnik ini dilatih struktur dan kosa kata).

E.     Metode Membaca
Langkah-langkah metode membaca yaitu sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, berkaitan dengan berbahai hal tentang materi.
b.      Pemberian kosakata yang dianggap sulit.
c.       Penyajian teks bacaan tertentu.
d.      Diskusi mengenai isi bacaan.
e.       Penjelasan tentang tata bahasa jika diperlukan.
f.       Bila diawal memberikan kosakata yang dianggap sulit, maka pada langkah ini bisa.
g.      Diakhir penutupan guru memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan.

F.     Metode Gabungan
Langkah-langkah metode gabungan adalah sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, seperti metode-metode yang lain.
b.      Mamberikan materi beupa dialog-dialog pendek yang rilek dengan tema kegiatan sehari-hari secara berulang-ulang.
c.       Para pelajar diarahkan untuk displin menyimak, lalu meniru dialog-dialog.
d.      Para pelajar dibimbing menerapkan dialig-dialog kepada teman-temannya.
e.       Setelah lancar, mereka diberi teks bacaan yang berkaitan dengan dialog tadi.genalkan beberapa struktur yang penting dalam teks.
f.       Jika terdapat kosakata yang sulit, guru memaknainya mula-mula dengan isyarat, atau gerakan, atau gambaran, atau lainnya.
g.      Guru mengenalkan bebrapa struktur yang penting dalam teks bacaan, lalu membahasnya.
h.      Guru menyuruh pelajar dan menelaah teks kemudian mendiskusikan isinya.
i.        Penutup, jika diperlukan, evaluasi akhir berupa pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan yang telah dibahas.













BAB VI
INOVASI METODE PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A.    Silent Way
1.      Konsep dasar silent way
Silent  way (metode guru diam/ al-thariqah al-shamitah) dicetuskan oleh Caleb Gategno (1972), seorang ahli pengajaran bahasa yang menerapkan prinsip-prinsip kognitivisme dan ilmu filsafat dalam pengajarannya.
Langkah-langkah penggunaan silent way adalah sebagai berikut:
a.       Pendahuluan. Guru menyediakan alat peraga berupa papan tulis, dan lain-lain.
b.      Guru menyajikan satu butir bahasa yang dipahami. Penyajian hanya satu kali saja. Dengan demikian ia memaksa pelajar menyimak dengan baik.
c.       Sesudah pelajar mampu mengucapkan bunyi-bunyi dalam bahasa asing yang dipelajari, guru menyediakan papan peraga yang kedua yang berupa kosakata terpilih.
d.      Guru menggunakan tongkat warna-warni yang telah disediakan untuk memancing para pelajar berbicara dengan bahasa asing yang sedang dipelajari.
e.       Sebagai penutup, guru bisa melakukan pengetesan keberhasilan pelajar memahami kosakata yang telah diajarkan.

B.     Counseling Learning Method
1.      Konsep dasar counseling learning method
Counseling learning method (metode belajar konseling/ thariqah al-ta’allum al-irsyadi) diperkenalkan oleh Carles A. Curran dan kawan-kawan (1975). Curran sebenarnya bukan ahli atau guru bahasa, melainkan ahli psikologi yang mengambil spesialisasi  penyuluhan (counseling). Dari hasil pengalamannya dibidang penyuluhan akhirnya Curran menciptakan sebuah metode yang diberi nama “metode counseling learning” sebuah nama yang diambil dari istilah spesialisasi.
Langkah-langkah penggunaan counseling learning method sebagai berikut:
a.       Pendahuluan. Guru menyediakan peralatan yang akan digunakan terutama alat perekam suara (tape-recorder) untuk merekam percakapan para pelajar.
b.      Guru memberikan kesempatan pada setiap kelompok untuk menentukan topic yang akan dipelajari secara consensus.
c.       Setelah rekaman percakapan selesai dengan waktu yang telah ditentukan, rekaman diputar kembali agar mereka mendengarkannya.
d.      Setelah didengarkan, guru memberikan setiap kesempatan kepada para pelajar untuk mrnyusulkan perbaikan jika ada kesalahan yang mereka lakukan.
e.       Pada pertemuan berikutnya, pelajar diperdengarkan kembali rekaman tersebut, selanjutnya mereka disuruh untuk menulis transkripsi rekaman dengan kerja sama.
f.       Dalam mengembangkan struktur tersebut, guru dapat menyuruh para pelajar untuk merubah bentuk kalimat yang telah mereka buat ke dalam bentuk lainnya.

C.    Suggestopedia
1.      Konsep dasar suggestopedia
Suggestopedia (metode suggestopedia/ al-thariqah al-I’aziyyah) adalah metode yang menerapkan sugesti ke dalam ilmu mendidik, dikembangkan oleh seorang ahli psikiatri dan pendidikan dari Bulgaria, Eropa Timur bernama George Lazanov.
Langka-langkah penggunaan suggestopedia adalah sebagai berikut:
a.       Pendahuluan, menyediakan alat-alat yang diperlukan, missal kaset musik.
b.      Pembagian waktu untuk proses belajar-mengajar.
c.       Pada hari keenam dan seterusnya, ditekankan untuk menyimak dan berbicara.
d.      Para oelajar duduk dengan santai di atas kursi sandarannya. Dalam keadaan santai ini mereka mendengarkan ulangan materi yang baru disajikan.

D.    Metode Herbart (Herbart Method)
1.      Konsep dasar metode herbart
Metode Herbart diambil dari nama seorang penciptanya yaitu Johan Friedrich Herbart (1776-1841). Sebagai seorang ahli dalam filsafat dan ilmu jiwa asosiasi, Herbart banyak memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan. Antara lain Herbart telah berhasil menciptakan suatu metode mengajar yang dalam banyak hal dapat memberikan sumbangan dalam proses belajar mengajar. Walaupun awalnya metode yang ia ciptakan untuk bidang pendidikan umum, namun selanjutnya oleh para ahli pendidikan bahasa diaplikasikan dalam pengajaran bahasa. Hal ini karena ada prinsip-prinsip yang sama antara pembelajaran bidang umum dengan pengajaran bidang bahasa.
Metode Herbart adalah metode pembelajaran berdasarkan pandangan Herbart tentang manusia sebagai pelaku belajar mengajar. Pandangan ini selanjutnya dikenal dengan teori Herbartian atau Apperception.
Langkah-langkah metode herbart adalah sebagai berikut:
a.       Tahap persiapan
Guru mempersiapkan bahan/ materi pelajaran yang akan disajikan secara matang, kemudian mangadakan apersepsi terhadap pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang akan diberikan.
b.      Tahap penyajian bahasa pelajaran
Setelah diadakan apersepsi, guru mulai memberikan materi pelajaran dengan dimulai dengan hal-hal yang konkret kepada yang abstrak, dari yang mudah manuju hal yang sulit.
c.       Proses asosiasi
Guru menghubungkan serta membandingkan pelajaran yang telah lalu dengan pelajaran yang telah diberikan sehingga pelajaran memiliki simultan.
d.      Pengorganisasian bahan
Langkah pengorganisasian bahan yang baru dengan yang lama itu sebagai hasil hubungan asosiasi yang menjadi suatu sistem pengertian yang kompak dan utuh.
e.       Aplikasi (penerapan)
Sebagai langkah terakhir, guru memberikan soal-soal, latihan-latihan dan memperaktekkan hasil pelajaran yang diberikan.


















BAB VII
PEMANFAATAN KAMUS DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

A.    Pengertian Kamus
Kata kamus berasal dari bahasa Arab qamus yang bisa dipadankan dengan kata dictionary dalam bahasa Inggris. Baik qamus maupun dictionary menurut Hans Wehr (1960; 790) secara harfiah berarti ocean (samudera). Dikatakan demikian karena kamus menghimpun kata-kata, atau istilah-istilah secara luas. Selanjutnya al-Qasimi dalan ‘ilm al-lughah wa Shina’ah al-Mu’jam (1975: 9) dan Ba’labaki dalam Mu’jam al-Mushthalahat al-Lughawiyyah (1990: 149) mengatakan bahwa qamus bersinonim (mutaradif) dengan mu’jam. Karena keduanya merupakan sinonim,maka secara terminologi berarti sama.
Masih banyak lagi definisi yang bernada sama dengan definisi-definisi diatas. Intisarinya menunjukkan bahwa kamus merupakan buku rujukan yang memuat daftar kosakata dan istilah secara alfabetik yang setidaknya dosertai dengan, (1) penjelasan maknanya, baik dengan bahasa yang sama, maupun dengan bahasa yang lain, (2) penggunaannya, (3) cara pelafalannya, (4) pembentukannya, (5) padanannya dalam bahasa lain jika kamus ini dwibahasa atau multibahasa.
Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kamu (qamus/  mu’jam/ dictionary) adalah buku yang memuat daftar kosakata dan atau istilah, baik umum maupun khusus, secara alfabetik disertai penjelasa makna, penggunaan, pelafalan, pembentukan, padanan dalam bahasa lain atau bahasa yang ada dikamus itu.

B.     Macam-Macam Kamus
Kamus yang digunakan oleh masyarakat sangat beragam sesuai dengan kapasitas penyusun dan tujuan penggunaannya. Besarnya manfaat kamus dalam pengembangan kebahasaan, manjadi salah satu titik perhatian para ahli bahasa dalam banyak pembicaraan mereka, buku-buku yang mereka tulis, sehingga kamus yang mereka susun.
Berbicara mengenai macam-macam kamus, para ahli bahasa mempuyai berbagai pendapat mengenai macam-macam kamus tersebut, tapi kesimpulannya adalah bahwa kamus dapat dibagi menjadi berbagai macam berdasarkan kategori-kategiri berikut:

1.      Ditinjau dari segi tema
a.       Kamus bahasa (al-mu’jam al-lughawi) yaitu kamus yang meliputi kata-kata atau istilah-istilah kebahasaan dengan penjelasan secara bahasa.
b.      Kamus ensiklopedi (al-mu’jam al-mausu’i) yaitu kamus yang tidak hanya menyajikan peristilahan, tetapi juga dilengkapi dengan konsep dan penjelasan secara luas.
c.       Kamus historis (al-mu’jam al-tarikhi) yaitu kamus yang melacak asal dan perkembangan bahasa dari masa ke masa.
2.      Ditinjau dari segi jumlah bahasa yang digunakan.
a.       Kamus ekabahasa (al-mu’jam al-uhadi al-lughah) yaitu kamus yang menjelaskan makna kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan bahasa lain. Dengan kata lain kamus ini hanya menggunakan satu bahasa dalam penjelasan makna.
b.      Kamus dwibahasa (al-mu’jam al-tsuna’I al-lughah) yaitu kamus yang menjelaskan makna kata atau istilah dengan bahasa lain. Bisa juga dikatakan sebagai kamus yang memberikan padanan kata atau istilah dalam satu bahasa dengan satu bahasa lain.
c.       Kamus multibahasa (al-mu’jam al-‘adid al-lughah) yaitu kamus yang menjelaskan makna kata-kata atau istilah dalam suatu bahasa dengan dua bahasa atau lebih.
3.      Ditinjau dari segi materi.
a.       Kamus umum (al-mu’jam al-am) yaitu kamus yang memuat segala macam kata dalam suatu bahasa.
b.      Kamus khusus (al-mu’jam al-khash) yaitu kamus yang hanya memuat kata-kata atau istilah-istilah dalam bidang tertentu.

4.      Ditinjau dari segi susunannya
a.       Kamus alfabetik (al-mu’jam al-faba’i) yaitu kamus yang memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya secara alfabetik/ abjadi. Pada umumnya kamus disusun secara alfabetik  dalam menjelaskan makna dari A sampai Z atau alif  sampai ya.
b.      Kamus tematik (al-mu’jam al-mauduu’i) yaitu kamus yang memuat penjelasan kata-kata atau istilah-istilah secara lengkap berdasarkan tema-tema tertentu.

C.    Komposisi Kamus
Setiab kamus pada umumnya memuat setidaknya tiga bagia, yaitu bagian depan, isi, dan pelengkap.

1.      Bagian Isi
Kamus yang ideal (apalagi kamus yang berukuran besar) selalu mempunyai bagian depan yang berisi pendahuluan, cara penggunaan, daftar singkatan/ istilah yang dipakai dalam kamus yang bersangkutan, tanda-tanda kebahasaan tertentu yang digunakan penyusun, atau penjelasan yang dianggap dapat membantu pengguna ketika memanfaatkan kamus itu secara maksimal.
Dari beberapa bagian isi depan, yang harus lebih dicermati adalah petunjuk penggunaanya, sebab penyusunan kamus biasanya memiliki cara tersendiri dalam menggunakannnya.

2.      Bagian Isi
Isi setiap kamus memuat kata-kata atau istilah-istilah dengan maknanya atau padanannya dalam bahasa lain yang disusun sesuai alfabetik sesuai dengan jenis-jenis kamus itu. Jika kamus itu umum, maka kata-kata atau istilah-istilah itu tidak dibatasi. Tetapi jika kamus itu khusus maka kata-kata atau istilah-istilah yang dimuatnya sesuai dengan bidang tertentu.

3.      Bagian Pelengkap
Bagian pelengkap setiap kamus tidak sama sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penyusun kamus itu, pelengkap setiap kamus tidak sama sesuai dengan kebutuhan dan keinginan penyusun kamus itu, dapat dicontohkan disini beberapa kamus besar:
a.       Kamus al-Munawwir di lengkapi dengan lampiran gambar-gambar yang mendukung pemaknaan isinya.
b.      Kamus al-Munjid fi al-Lughah  wa al-A’lam dilengkapi dengan lampiran catatan-catatan waktu peristiwa sejarah yang terjadi di dunia, sejarah kesusastraan Arab, indeks kamus, daftar orang-orang yang berprestasi di dunia, dan peta dunia.
c.       Kamus al-Musthalahat al-Arabiyah dilengkapi dengan glosari bahasa Arab I-XVI dan bibliografi.
d.      Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dilengkapi dengan pustaka acuan, kata dan ungkapan daerah, kata dan ungkapan asing, aksara daerah Indonesia, singkatan dan akronim, nama-nama daerah di Indonesia, daftar jumlah penduduk, lambing-lambang bidang ilmu tertentu, sukatan dan timbangan.
e.       Kamus Oxford dilengkapi dengan daftar irregular verbs, singkatan-singkatan umum, istilah-istilah dalam penomoran, perbandingan ukuran, nama-nama Negara di dunia, nama-nama popular yang berlaku di dunia, kaidah-kaidah umum dalam ungkapan bahasa Inggris, dan beberapa karya tokoh dunia.

D.    Kedudukan dan Fungsi Kanus dalam Pembelajaran Bahasa Arab
Melihat aspek keagamaan bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Bahasa Arab bukan hanya sebagai bahasa asing dalam bingkai keinternasionalan, tetapi juga sebagai bahasa yang harus dipahami melalui paradigm kewahyuan. Pada sudut pandang ini berarti kamus bahasa Arab memiliki dua kedudukan penting yaitu, (1) sebagai sumber ilmu, terutama ilmu kebahasaan yang membantu penguasa bahasa asing, dan (2) sebagai sarana yang membantu pemahaman ajaran agama Islam.
Tujuan pembelajaran bahasa asing adalah agar par ape;ajar terampil berbahasa, yaitu terampil berbicara (al-kalam), menyimak (al-istima’), membaca (al-qira’ah), dan menulis (al-kitabah). Empat keterampilan ini  tidak terlepas dar aspek penggunaan kata-kata (al-mufradat/ vocabulary).
Melihat begitu besarnya peranan bahasa kosakata dalam pembelajaran bahasa Arab, maka kamus adalah pedoman tempat bermuaranya kata-kata atau istilah-istilah dengan segala macam aspeknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kamus dalam konteks pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini bahasa Arab berfungsi sebagai:
a.       Pemandu penting yang mengarahkan para pelajar kepada pemakaian makna kata-kata atau istilah-istilah secara benar.
b.      Menjaga orisinalitas bahasa asing yang dipelajari, karena proses penyusunan kamus dipastikan melalui seleksi dan standarisasi yang ketat, dan
c.       Pembimbing parapelajar untuk bersikap ilmiah dalam memperlakukan bahasa asing yang dipelajari.

E.     Kiat Menggunakan Kamus
            Menggunakan kamus Arab kadang-kadang menjadi kendala. Hal ini karena karakteristik perubahan kata (morfologi) dalam bahasa Arab cukup unik. Sehingga setiap kata tidak bisa dicari dengan sembarangan. Agar para pelajar atau pengguna tidak menemukan kesulitan berarti, berikut ini adalah beberapa kiat sederhana yang bisa membantu mereka:

1.      Carilah kamus yang sesuai dengan displin ilmu yang dibaca karena hal ini dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang kata yang dicari sesuai dengan istilah-istilah yang lazim digunakan dalam kamus.
2.      Bacalah secara seksama terlebih dahulu bagian depan kamus untuk mempermudah pemanfaatan dan penemuan kata yang dicari.
3.      Perhatikan bentuk kata yang dicari dengan seksama. Jika bentuknya masa lampau (madhi), pencarian bisa dilakukan langsung. Tetapi, jika bentuknya bukan lampau, langkah awal yang harus ditempuh adalah mengembalikan kata itu ke dalam bentuk lampau (madhi).
4.      Jangan terlalu cepat mengambil pengertian (definisi). Bandingkan dulu dengan pengertian yang ada dan cocokkan dengan bentuk yang dibaca.
5.      Perhatikannlah contoh kalimatnya karena contoh kalimat akan memperjelas pengertian yang dicari.
6.      Kata dan makna yang ditemukan sebaiknya dicatat supaya menjadi khazanah dan akan menambah pengetahuan kebahasaan guna memahami berbagai displin ilmu.





















BAB VIII
SIMPULAN

            Dari berbagai definisi itu dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat bahasa itu sistematik (bersistem), arbitrer (manasuka), ujaran (berupa ucapan), symbol (terdiri atas lambing-lambang), manusiawi (diproduksi dan digunakan oleh manusia), alat komunikasi, dan satu lagi dapat ditambahkan bahwa bahasa itu mengacu kepada obyek baik dirinya maupun luar dirinya.
            Banyak teori yang mempersoalkan asal bahasa, ada yang lucu, ada yang aneh, sampai ke yang berbau ilmiah. Setidaknya ada dua pendekatan untuk melihat teori-teori itu, yaitu pendekatan tradisional dan  pendekatan modern.
Dalam tartan kiprah manusiawi bahasa memiliki fungsi yang tidak ternilai. Segala kegiatan yang dilakukan manusia tidak terlepas dari fungsi-fungsi bahasa. Seperti bahasa sebagai alat berfikir, memenihi kebutuhan, untuk berekspresi, media penghubung antar kelompok, salah satu simbol agama, bahasa pendukung utama pengetahuan, bahasa alat pemersatu, bahasa alat politik.
Bahasa Arab bisa dikatakan bahasa asing karena tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini juga sependapat dengan bahasa pandangan pemerintah bahwa bahasa arab adalah bahasa asing. Hal ini terbukti, misalnya, dalam peratutan Menteri Agama RI tahun 2008 tentang Standar Kompetensi dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.
            Mempelajari bahasa Arab dikalangan non Arab tetap saja memiliki banyak kendala dan problematika yang dihadapi karena bahasa Arab tetap bukanlah bahasa yang mudah untuk dikuasai secara total. Problematika yang biasanya muncul dalam mempelajari bahasa Arab bagi non Arab biasanya muncul dalam dua bagian yaitu, problematika linguistic seperti tatabunyi, kosakata, tata kalimat, dan tulisan, kemudian ada pula problematika non linguistic seperti, problem yang menyangkut perbedaan sosiokultural masyarakat Arab dengan masyarakat non Arab.
            Oleh karena itu, ada beberapa metode pembelajaran bahasa Arab yang bisa kita gunakan dalam pelaksanaan belajar dan mengajar. Seperti metode kaidah dan terjemah yang melihat bahasa secara preskriptif, ada juga metode langsung dimana membuat para pelajar untuk dapat berkomunikasi langsung, kemudian metode kaidah dan terjemah, metode audiolingual, membaca, dan gabungan, ada pula beberapa inovasi seperti, silent way, conseling lerning method, suggestopedia dan metode herbart. Semua metode bertujuan agar pelajar dengan mudah memahami bahasa Arab, dan agar pelajar trampil berbahasa, baik trampil berbicara, menyimak, membaca, dan menulis.
Selain itu pemanfaatan kamus didalam pembelajaran bahasa juga perlu, sebagai penunjang bertambahnya wawasan pelajar. Melihat begitu besarnya peranan bahasa kosakata dalam pembelajaran bahasa Arab, maka kamus adalah pedoman tempat bermuaranya kata-kata atau istilah-istilah dengan segala macam aspeknya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kamus dalam konteks pembelajaran bahasa asing, dalam hal ini bahasa Arab berfungsi sebagai:
a.       Pemandu penting yang mengarahkan para pelajar kepada pemakaian makna kata-kata atau istilah-istilah secara benar.
b.      Menjaga orisinalitas bahasa asing yang dipelajari, karena proses penyusunan kamus dipastikan melalui seleksi dan standarisasi yang ketat, dan
c.       Pembimbing parapelajar untuk bersikap ilmiah dalam memperlakukan bahasa asing yang dipelajari.













DAFTAR PUSTAKA

Herman, Acep. 2011. Metodelogi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung:
_______PT.Remaja Rosdakarya.
Abdul Hamid, Fuad. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta:
_______DEPDIKBUD, DIKTI, P2PLTK.
Achsin, Amir. 1986. Media Pendidikan. Ujungpandang: IKIP.
Yunus, Mahmud. 2005. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Hidakarya Agung.
Alhamid, Zaid. 1982. Pelajaran Bahasa Arab Tingkat Dasar. Jakarta: Pustaka _______Amani.
Syamsul, Ma’arif. 2008. Nahwu Kilat Perpaduan anatara Teori dan Praktik.
_______Bandung: CV. Nuansa Aulia.
Alwasilah, A.Cheadar. 2000. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja _______Rosdakarya.
Nababan, Sri Utami subyakto. 1993. Metodelogi Pengajaran Bahasa. Jakarta: _______Gramedia Pustaka Utama.
Mun’in, Abdul. 2004. Analisis kontrastif: Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. _______Jakarta: Pustaka Prograssif
             













  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar